Waktu kuliah sarjana, karena sambil kerja, IPK saya pas-pasan, jadi waktu itu saya hanya sekadar lulus, dan tidak pernah punya keinginan untuk berkarir sebagai akademisi, karena ada anekdot, IPK 4 jadi dosen, IPK 3 jadi karyawan dan IPK 2 jadi pengusaha.
Jadi waktu umur dua puluhan tsb, gelar hanya syarat agar bisa bekerja dan mencari pengalaman dan relasi sebanyak-banyaknya, setelah itu bercita-cita menjadi pengusaha dengan mendirikan perusahaan yang sukses tentu nya.
Sayapun pernah mendirikan perusahaan (PT) dibidang software aplikasi waktu masih kuliah usia 19 tahun dan berakhir gagal (tutup), itulah kenapa waktu itu mencari kerja merupakan jalur untuk membangun pondasi sekaligus mengumpulkan modal.
Ternyata hal tsb memang terjadi, di usia 30an, sayapun kembali mendirikan perusahaan setelah cukup pengalaman menjadi karyawan di berbagai perusahaan dan perusahaan tsb di modali oleh kolega saya dengan nilai milyaran rupiah.
Perusahaan itupun akhirnya tutup juga, dan hal ini saya ulangi berkali-kali dan gagal (tutup) kembali, hingga tidak terasa usia sudah lewat 40an, akhirnya saya sampai kepada sebuah kesimpulan, mungkin memang saya bukan sukses nya di bisnis, tapi dibidang pendidikan.
Terbukti, saya bisa lanjut kuliah hingga S3 dan berjalan dengan baik, akhirnya sayapun memutuskan menjadi dosen, profesi yang dulu saya tidak pernah bayangkan, apakah setelah jadi dosen saya berhenti mencoba? tentu tidak, namun saat ini sudah lebih terukur dan dengan pertimbangan yang lebih baik.
Perjalanan karir tidak seperti jalan tol, jauh lebih mirip jalan tikus di perkampungan yang padat, kita tidak hidup di negara maju yang bisa memberikan pilihan kerja yang baik dan mapan, kita hanya bisa menjalani setiap peluang yang kita peroleh dengan sebaik-baiknya.