Oleh: Kencana Bayuaji, S.E., CRMPA, CFAS, CITAP, CPFI, C.HL, C.PS
Value Creator with Integrity
Di Indonesia, lingkungan bisnis masih menghadapi berbagai hambatan yang membuat penerapan idealisme ini tidak berjalan mulus. Sebagai Kencana Bayuaji – Value Creator with Integrity, saya menyadari adanya tantangan besar ini, namun hal tersebut bukan berarti tidak ada solusi atau jalan menuju perubahan. Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi dan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya:
Tantangan dalam Mewujudkan Procurement Ideal di Indonesia
1. Budaya Korupsi dan Kolusi
Fakta: Budaya korupsi dan kolusi masih mempengaruhi banyak sektor pengadaan di Indonesia, di mana kepentingan pribadi sering kali lebih diutamakan daripada transparansi dan akuntabilitas.
Solusi: Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk tim procurement mengenai pentingnya integritas, serta penerapan sistem whistleblowing yang efektif dan aman.
2. Kurangnya Transparansi dalam Proses Pengadaan
Fakta: Tidak semua proses pengadaan dilakukan secara transparan, dan sering kali ada keengganan untuk membuka informasi terkait tender atau keputusan pengadaan kepada publik atau pihak terkait.
Solusi: Mendorong penggunaan teknologi informasi dan sistem pengadaan elektronik yang memudahkan pengawasan publik dan mengurangi intervensi dari pihak luar.
3. Keterbatasan Pemahaman Mengenai Pengelolaan Risiko
Fakta: Banyak perusahaan yang masih kurang memahami bagaimana mengelola risiko procurement secara menyeluruh, terutama risiko fraud yang dapat merugikan organisasi dalam jangka panjang.
Solusi: Penerapan risk-based approach dalam setiap tahap procurement, yang didukung oleh pelatihan intensif bagi semua pihak yang terlibat untuk lebih memahami pengelolaan risiko secara profesional.
4. Kepatuhan yang Lemah Terhadap Regulasi dan Kebijakan
Fakta: Banyak perusahaan yang tidak sepenuhnya mematuhi regulasi dan kebijakan yang ada, atau lebih memilih untuk “mempermudah” proses agar lebih cepat dan murah.
Solusi: Meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi dengan menerapkan sistem pengawasan internal yang lebih ketat dan memastikan setiap langkah dalam proses procurement sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
5. Ketergantungan pada Vendor Tertentu
Fakta: Beberapa organisasi sering kali terlalu bergantung pada vendor tertentu, yang berpotensi menimbulkan praktik kolusi atau pengaturan harga.
Solusi: Menetapkan kebijakan diversifikasi vendor dan penilaian berkala terhadap kinerja vendor, guna memastikan tidak ada ketergantungan yang merugikan organisasi.
Langkah Nyata untuk Menghadapi Tantangan & Mewujudkan Perubahan
Sebagai Value Creator with Integrity, saya percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah-langkah konkret berikut:
1. Penerapan Sistem Pengadaan yang Transparan dan Berintegritas
2. Penguatan Peran Audit Internal dan Eksternal
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Berintegritas
4. Penguatan Kepatuhan Terhadap Hukum dan Regulasi
5. Meningkatkan Kesadaran dan Dukungan dari Pemangku Kepentingan
Sebagai Kencana Bayuaji – Value Creator with Integrity, saya percaya bahwa meskipun lingkungan bisnis Indonesia saat ini belum sepenuhnya siap untuk perubahan besar, kita dapat mulai membangun dasar yang kokoh untuk menghadapi tantangan tersebut. Melalui langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengubah procurement menjadi proses yang lebih transparan, akuntabel, dan berintegritas, yang pada akhirnya akan menciptakan nilai jangka panjang bagi organisasi dan masyarakat.