Oleh: Kencana Bayuaji, S.E., CRMPA, CFAS, CITAP, CPFI
Abstraksi
Penetapan Cost of Goods Sold (COGS) yang optimal menjadi elemen penting dalam menjaga profitabilitas perusahaan. Namun, dalam praktiknya, risiko fraud mark-up dan penyimpangan penerapan margin profit sering kali menjadi ancaman tersembunyi yang dapat merugikan perusahaan baik secara finansial maupun reputasi. Risiko ini dapat muncul dalam berbagai sektor bisnis, seperti manufaktur, perdagangan, dan jasa, terutama jika tidak ada pengendalian internal yang memadai. Dengan mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini (red flags), menerapkan kebijakan pencegahan yang efektif, serta menyusun strategi mitigasi dan kontingensi, perusahaan dapat menjaga kepercayaan pemangku kepentingan dan keberlanjutan bisnis.
Artikel ini menguraikan pendekatan strategis untuk mendeteksi, mencegah, memitigasi, dan menangani risiko fraud terkait mark-up dan margin profit, khususnya dalam konteks penetapan COGS yang sesuai untuk berbagai jenis bisnis.
1. Strategi Deteksi Dini Red Flags
Tanda-Tanda Risiko Fraud
Mark-Up pada COGS:
- Harga tidak wajar: Perbedaan mencolok antara harga pembelian bahan baku/produk dan standar pasar.
- Vendor favoritisme: Vendor tertentu selalu memenangkan kontrak meskipun harga penawaran lebih tinggi.
- Margin profit yang menyusut: Penurunan margin profit yang tidak sesuai dengan tren pasar.
- Anomali dalam laporan: Ketidaksesuaian antara laporan biaya, inventaris, dan hasil produksi.
- Konflik kepentingan: Hubungan tidak transparan antara pihak pengadaan dengan vendor.
Metode Deteksi Dini:
- Analitik Data: Gunakan perangkat lunak analisis seperti ACL atau SAP Analytics untuk mendeteksi pola transaksi abnormal.
- Audit Forensik: Lakukan audit mendalam pada laporan biaya produksi dan transaksi vendor.
- Rasio Keuangan: Analisis rasio biaya terhadap penjualan dan margin profit untuk menemukan pola tidak wajar.
2. Strategi Pencegahan Fraud
Kebijakan Pencegahan:
1. Transparansi dalam Proses Tender:
- Menggunakan e-procurement untuk memastikan kompetisi terbuka dan adil.
- Libatkan tim lintas fungsi untuk mengevaluasi vendor.
2. Kontrol Internal yang Kuat:
- Pemisahan fungsi pengadaan, persetujuan biaya, dan pembayaran.
- Pembatasan akses terhadap data sensitif seperti biaya dan margin profit.
3. Penggunaan Teknologi Anti-Fraud:
- Implementasi blockchain untuk transparansi rantai pasok.
- Penggunaan AI untuk mendeteksi transaksi abnormal secara otomatis.
4. Sosialisasi dan Pelatihan:
- Edukasi karyawan tentang risiko fraud dan pentingnya pengendalian biaya.
- Membuka kanal whistleblowing untuk melaporkan indikasi fraud.
3. Strategi Mitigasi Risiko
Langkah-Langkah Mitigasi:
- Audit Proaktif:
Audit forensik untuk memeriksa penyimpangan harga pembelian dan margin profit.
- Revaluasi Biaya:
Menyesuaikan COGS dengan harga pasar untuk menghilangkan komponen mark-up yang tidak wajar.
- Penghentian Kontrak Vendor Bermasalah:
Memutus kerja sama dengan vendor yang terbukti melakukan kecurangan.
- Evaluasi Vendor Secara Berkala:
Menilai kinerja dan kredibilitas vendor melalui sistem scoring berbasis data.
Monitoring Berkelanjutan:
- Membangun sistem dashboard real-time untuk memantau biaya dan profitabilitas.
- Menggunakan perangkat lunak ERP untuk integrasi data lintas fungsi.
4. Rencana Kontingensi
Jika Fraud Terjadi:
1. Langkah Pengendalian:
- Menghentikan transaksi terkait fraud.
- Membekukan kontrak dan anggaran yang mencurigakan.
2. Penyelidikan Internal:
- Membentuk tim investigasi independen untuk mengidentifikasi penyebab dan pelaku.
3. Komunikasi Krisis:
- Memberikan penjelasan kepada pemangku kepentingan untuk memitigasi dampak reputasi.
Rencana Pemulihan Operasional:
- Diversifikasi vendor untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok.
- Mengalokasikan dana cadangan untuk menutup kerugian sementara.
- Fokus pada lini produk atau jasa dengan margin profit tinggi untuk mempercepat pemulihan.
5. Solusi Rekomendasi
Praktik Terbaik untuk Mencegah Fraud Berulang:
1. Pricing Berbasis Data:
- Menggunakan data pasar dan benchmarking untuk menentukan COGS dan margin profit yang wajar.
2. Integrasi Teknologi:
- Implementasi sistem ERP dan analitik data untuk kontrol biaya secara terintegrasi.
3. Audit Berkala:
- Jadwalkan audit internal rutin untuk memverifikasi konsistensi laporan biaya dan profitabilitas.
4. Kolaborasi Lintas Divisi:
- Libatkan tim pengadaan, operasional, dan keuangan untuk memantau COGS secara menyeluruh.
6. Kesimpulan:
- Penetapan COGS dan margin profit yang sehat adalah kunci keberlanjutan bisnis. Namun, risiko fraud mark-up dapat mengancam jika tidak ada sistem pengendalian yang memadai. Dengan strategi deteksi dini, pencegahan, mitigasi, dan rencana kontingensi yang terintegrasi, perusahaan dapat mengurangi risiko secara signifikan.
- Kombinasi teknologi, kebijakan transparan, dan budaya etika bisnis yang kuat menjadi landasan untuk menjaga integritas dan profitabilitas perusahaan di berbagai sektor industri.