Artikel

Artikel

Optimalisasi Teknologi AI dalam Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah serta Badan Usaha: Solusi Efektif untuk Meningkatkan Transparansi, Mencegah Fraud, & Mengatasi Modus Penyalahgunaan Pengawasan Melalui Gerakan Moral Value Cre

13
Okt

Oleh: Kencana Bayuaji, S.E., CRMPA, CFAS, CITAP, CPFI, C.HL

Value Creator with Integrity

Abstraksi

Proses pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah dan badan usaha sering kali menjadi sarana bagi praktik kecurangan dan penyimpangan, yang seringkali dimotivasi oleh keinginan untuk mempercepat proses tender. Meski pengawasan eksternal dianggap telah dilakukan, dalam banyak kasus pengawasan tersebut hanya berfungsi sebagai "pencitraan" semata tanpa memberikan dampak signifikan terhadap pencegahan fraud. Benturan kepentingan antara pihak-pihak terkait sering kali menciptakan celah bagi kecurangan untuk disembunyikan atau dikaburkan. Teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dapat menawarkan solusi untuk mengatasi masalah ini dengan meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam proses tender serta mendeteksi potensi kecurangan yang berisiko tersembunyi. Namun, penerapan teknologi ini harus didampingi dengan nilai-nilai moral yang kuat, terutama integritas, yang tercermin dalam gerakan "Value Creator with Integrity". Gerakan ini dapat memperkuat penerapan teknologi AI untuk menciptakan sistem pengadaan yang adil, transparan, dan bebas dari praktik kecurangan yang merugikan.

Pendahuluan

  • Pengadaan barang dan jasa, baik oleh pemerintah maupun badan usaha, kerap kali menghadapi tantangan serius terkait transparansi dan integritas. Salah satu masalah besar adalah keinginan untuk mempercepat proses tender guna memenuhi target atau agenda tertentu. Keinginan ini, jika tidak diawasi dengan ketat, berpotensi membuka jalan bagi modus-modus kecurangan seperti kolusi, pengaturan pemenang tender, atau manipulasi harga.
  • Namun, pengawasan eksternal yang dilakukan sering kali hanya bersifat formalitas dan dijadikan alat pencitraan tanpa ada upaya sungguh-sungguh untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan. Sering kali, pengawasan eksternal ini tidak lebih dari sekadar "stempel" yang menunjukkan bahwa pengawasan telah dilakukan, meskipun kenyataannya kecurangan dapat dengan mudah disembunyikan akibat adanya benturan kepentingan antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam situasi ini, penerapan teknologi AI dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam meningkatkan pengawasan dan transparansi, serta meminimalkan potensi terjadinya fraud.

Gerakan "Value Creator with Integrity" sebagai Dasar Moral dalam Pengadaan

  • Penerapan nilai integritas dalam pengadaan barang dan jasa harus menjadi pondasi yang kokoh. Gerakan moral "Value Creator with Integrity" bertujuan untuk membangun sistem pengadaan yang tidak hanya efisien, tetapi juga transparan, akuntabel, dan bebas dari praktik penyalahgunaan. Nilai integritas ini meliputi:

1. Kejujuran dalam Proses Tender:

  • Integritas mencakup komitmen untuk melakukan evaluasi tender dengan transparan dan adil. Pihak-pihak yang terlibat harus memiliki niat baik dan menjauhkan diri dari potensi konflik kepentingan yang dapat merusak objektivitas proses.

2. Akuntabilitas yang Terukur:

  • Setiap keputusan dalam proses pengadaan harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada masyarakat, pemangku kepentingan, maupun pihak yang terlibat. Tanpa akuntabilitas, tidak ada jaminan bahwa proses tender akan berjalan dengan adil.

3. Penerapan Teknologi untuk Pengawasan yang Lebih Baik:

  • Penerapan teknologi AI yang didorong oleh nilai integritas ini dapat membantu memperkuat proses pengawasan, mengidentifikasi anomali yang mencurigakan, serta memberikan laporan yang jelas dan akurat untuk tindak lanjut.

Mengintegrasikan AI dengan Gerakan "Value Creator with Integrity"

  • Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam proses pengadaan, sekaligus memperkuat pengawasan terhadap potensi fraud yang tidak terlihat. Berikut adalah beberapa cara AI dapat mendukung penerapan gerakan "Value Creator with Integrity":

1. Deteksi Anomali Berdasarkan Pola yang Cermat:

  • AI dapat mengidentifikasi pola-pola yang mencurigakan dalam data tender, seperti pengaturan harga yang tidak wajar, kesamaan penawaran antar vendor, atau tanda-tanda manipulasi dalam proses evaluasi. Deteksi dini ini dapat mencegah tindakan kecurangan yang berpotensi merugikan.

2. Meningkatkan Transparansi dengan Sistem Terintegrasi:

  • Dengan sistem berbasis AI, setiap langkah dalam proses pengadaan dapat tercatat secara otomatis dan dapat diakses oleh semua pihak yang terlibat secara real-time. Hal ini memungkinkan pengawasan yang lebih transparan, mengurangi ruang bagi penyalahgunaan atau manipulasi data.

3. Pemantauan Berkelanjutan dengan AI:

  • AI dapat melakukan pemantauan berkelanjutan terhadap data dan transaksi, memeriksa kesesuaian antara pengumuman tender, dokumen evaluasi, dan hasil akhir. Ketika terjadi ketidaksesuaian atau potensi penyimpangan, AI dapat memberikan peringatan dini, sehingga langkah perbaikan dapat dilakukan sebelum masalah semakin besar.

Mengatasi Modus Fraud yang Tersembunyi melalui Pengawasan yang Tepat

  • Pengawasan eksternal sering kali tidak efektif karena hanya berfokus pada prosedur formal tanpa mempertimbangkan adanya konflik kepentingan yang mungkin ada di antara pihak-pihak yang terlibat.
  • Dalam situasi seperti ini, modus-modus fraud seperti manipulasi tender, pengaturan pemenang tender, atau kolusi bisa dengan mudah disembunyikan. Teknologi AI dapat memainkan peran penting dalam menanggulangi masalah ini dengan memberikan pengawasan yang lebih akurat, cepat, dan transparan.
  • AI tidak hanya mengidentifikasi anomali, tetapi juga dapat memberikan analisis yang lebih mendalam mengenai penyebab potensi kecurangan. Misalnya, dengan menganalisis pola komunikasi antar pihak atau mengevaluasi kesesuaian antara harga pasar dan penawaran yang diajukan, AI dapat memberikan indikasi adanya pengaturan harga yang tidak wajar atau adanya benturan kepentingan yang berisiko merusak proses tender.

Tantangan dalam Penerapan AI dan Integritas dalam Pengadaan

  • Walaupun teknologi AI menawarkan banyak manfaat, penerapannya dalam pengadaan barang dan jasa tetap menghadapi beberapa tantangan utama:

1. Keterbatasan Infrastruktur dan Akses Data:

  • Tidak semua lembaga pemerintah atau badan usaha memiliki infrastruktur teknologi yang memadai untuk mendukung penerapan AI secara optimal. Keterbatasan akses terhadap data yang valid dan lengkap juga dapat mengurangi efektivitas AI.

2. Resistensi terhadap Perubahan Budaya:

  • Penerapan AI memerlukan perubahan dalam budaya organisasi, termasuk pola pikir dan penerimaan terhadap teknologi baru. Tanpa adanya dukungan dari seluruh pihak yang terlibat, implementasi AI dapat terhambat.

3. Keamanan dan Perlindungan Data:

  • Pengelolaan data yang besar dan sensitif harus dilindungi dengan ketat agar tidak ada kebocoran yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu dalam proses tender.

Kesimpulan:

  • Pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah maupun badan usaha membutuhkan sistem yang lebih transparan, efisien, dan bebas dari fraud. Teknologi AI menawarkan solusi yang sangat efektif dalam mengatasi tantangan ini dengan mempercepat proses sekaligus meningkatkan pengawasan dan deteksi anomali. Namun, untuk memastikan penerapan teknologi ini berhasil, diperlukan dasar moral yang kuat berupa integritas yang ditegakkan melalui gerakan "Creator with Integrity". Dengan komitmen terhadap integritas, serta penerapan teknologi yang tepat, pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan dengan lebih transparan, akuntabel, dan bebas dari praktik penyalahgunaan yang merugikan banyak pihak.